Minggu, 18 September 2011

The Way We Were (2) : Dan Columbus-pun Bukan Penemu Benua Baru…

Repost dari Blog Bapak Muhaimin Iqbal (GeraiDinar.com)

Oleh Muhaimin Iqbal   
Jum'at, 16 September 2011 08:09
Bayangkan suasana batinnya ketika pada tahun 1492 Christopher Columbus memulai perjalannya menyeberangi Atlantic, saat itu ekspedisi dia ini disponsori oleh Ratu Isabella yang pada tahun tersebut baru saja berhasil menguasai Granada – wilayah Islam terakhir di tanah Spanyol.  Maka tidak heran bila  Columbus di awal catatan perjalanannya menulis “…Your Highnesses, as Catholic Christians, and princes who love and promote the holy Christian faith, and are enemies of the doctrine of Mahomet…”.  Bayangkan pula  bila jauh-jauh berlayar dalam upaya menemukan benua baru, Columbus menemukan bahwa orang-orang Islam yang dibencinya ternyata lebih dahulu sampai ke benua tersebut ?.

Tentu dia tidak ingin membuat ratu Isabella yang mensponsorinya gusar dengan mengabarkan bahwa orang-orang Islam ternyata sudah lebih dahulu sampai di benua baru yang di klaim sebagai temuannya. Maka temuan Columbus atas adanya muslim di benua tersebut hanya muncul di catatan harian pribadinya saja, bahwa pada tanggal 21 October 1492 ketika mendekati Gibara di timur laut pantai Cuba dia melihat ada masjid di bukit yang indah. Perlu diingat bahwa sepanjang ratusan tahun budaya Islam sudah mendominasi Spanyol dan sebagian Eropa – jadi Columbus tahu persis apa yang disebutnya masjid itu – bukan sekedar bangunan yang mirip masjid – yang coba dibelokkan oleh para sejarawan barat. Bahkan Columbus juga menyebut orang-orang Caribbean yang ditemuinya sebagai “Mohemmedans” – pengikut Muhammad  - lagi-lagi karena Columbus paham seperti apa pengikut Muhammad itu !.

Tetapi begitulah, realita sejarah bisa dengan mudah tenggelam oleh kepentingan politik agama yang diberlakukan dengan ekstrim oleh Ratu Isabella yang mensponsori Columbus. Sehingga untuk berabad-abad kemudian di klaim-lah oleh mereka ini bahwa merekalah yang menemukan benua baru Amerika – meskipun bukti-bukti sejarah kemudian mulai bermunculan dan klaim mereka mulai diragukan.

Di antara bukti-bukti sejarah ini diungkap oleh seorang Arkheolog dan ahli bahasa Hardvard University kelahiran New Zealand – DR. Barry Fell.  Beliau inilah yang mengungkapkan temuan adanya tulisan berupa text, diagram dan chart di batu yang dia temukan di Amerika bertuliskan huruf Arab kuffic.  Batu yang dipahat untuk tujuan pembelajaran dibidang matematika, geography, sejarah, astronomi dan navigasi laut ini – diyakininya dibuat antara tahun 700-800 Masehi, sekitar abad ke 2 – 3 Hijriyah – atau sekitar 8 abad sebelum Columbus menginjakkan kakinya di benua baru yang diklaimnya.

Lantas apa kepentingannya kita belajar sejarah demikian ?. Begitu banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang isinya tentang sejarah maupun yang memerintahkan kita untuk belajar dari sejarah. Melaui sejarah – yang benar , yang tidak dibelokkan - inilah kita bisa mengetahui pencapaian-pencapaian umat ini di masa lampau dan juga kegagalan-kegagalannya.

Bila dahulu umat ini menjadi penemu daerah-daerah baru, ilmu-ilmu baru dari matematika, kedokteran, astronomy, pertanian, keuangan dan tidak terhitung banyaknya temuan lainnya;  maka sudah sepantasnya-lah umat yang hidup di jaman ini juga mencita-citakan pencapaian  yang sama. Lantas darimana kita akan memulainya ?.  Menurut saya tidak ada cara lain kecuali kita kembali ke sumber segala ilmu, “…petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk-petunjuk tersebut …” (QS 2 : 185).
 
Try Out  DM Lil-Inaats , Al-Qur'an di setiap sudut rumah...Try Out DM Lil-Inaats , Al-Qur'an di setiap sudut rumah...
Untuk mengawali cita-cita besar tersebut, lebih dari sebulan lalu kami ‘mencangkok’ proses penyiapan generasi Qur’ani kedepan dengan Madrasah Al-Qur’an Daarul Muttaqiin, insyaAllah besuk kami akan mulai lagi kelas baru yang kami sebut Madrasah Al-Qur’an Lil-Inaats (Pesantren Putri).  Mereka inilah nantinya yang insyaAllah akan melahirkan generasi cucu-cucu kita yang akrab dengan Al-Qur’an (karena ibunya hafidzah yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an setiap saat) semenjak mereka di kandungan, ketika di buaian dan di usia-usia awal yang sangat penting dalam membentuk karakternya.

Dahulu kita berjaya dengan Al-Qur’an, maka dengan kembali kepada Al-Qur’an inilah insyaAllah kita akan berjaya kembali. InsyaAllah.

Senin, 11 Juli 2011

Tidung Island Journey


Thousand islands, the island extending along Java sea, at just the north side of Jakarta. It is administratively a part of DKI Jakarta province. This is not a new destination for having my vacation as I had severally came visit Bidadari island, Pramuka island, and the surrounding. But one other, Tidung island is a piece of island that I haven’t heard or seen before.

It happen by a change when I was browsing, I found the advertorial from a travel agent about Tidung island promo tour with only 300,000 rupiahs per person. It's normally around 600,000. After digging deeper information I decided that in a weekend on July I must join this tour. And finally on 9-10th of July, I and my husband went there.

Same as going to Pramuka island, we reached this island from Muara Angke by a traditional ship. It took 3 hours to get there. The wave isn’t really friendly to us that cause me to have a nausea.
As arrived to this island, we were greet by our local tour guide. He handed us two bikes to go along the road from the port to our homestay. As it is a promo tour with low budget, our room is a shared room with other travelers. First agenda as per our itinerary is exploring Tidung island by bike. 

I forgot to mention that this island is actually consists of 2 parts, Tidung besar (big Tidung) and Tidung kecil (small Tidung). The name follows the size of the island. Tidung besar is the main island with dense resident and other developed facilities such as hospital, high school and fish conservation. While  the Tidung kecil is uninhabited. These islands are connected by a bridge called Jembatan Cinta (love bridge). 

Jembatan Cinta and Tidung kecil is our first destination to explore. We went there by bike. After parking the bike we took a walk to the bridge. There were so many people already standing along the bridge enjoying the view. This bridge expands along about 1 km west to east. It is made of wood, some pieces of wood were broken and some under construction. As we reached Tidung kecil, we saw people relaxing under coconut tree, drinking coconut water, taking picture or just seeing their kids playing in the crystal clear shallow water, in front of their eyes, beautiful, while I had myself a cup of coffee (my anywhere, anytime joyable drink).

As seeing people having fun on the beach, I can’t hold myself to go into the water and get wet. But it’s not too convenience to swim that time because I’m not prepared with swim clothes. So I and my husband prefer to get a canoe. The rental fee is 45,000 rupiahs for double canoe with 1 hour time, quite cheap. It’s a great experience rowing the canoe surrounding the beach. Though at first I didn’t mean to swim, but as seeing the water I finally jump from the canoe and enjoying the sea water. Other people enjoy themselves with banana boat, which can be rented with 35,000 rupiahs, some other fearless men jump from a 10 meters high bridge to the water, and some just simply taking picture in the best pose they could. 

This afternoon was ended eating roasted corn and drink coconut water, so rejuvenating.  Just a moment after it, I and my hubby bike to the west side of the island to hunting sunset. Unfortunately the cloudy sky made it not performing its golden light at its best. However we can still see a full magenta circle of the sun at this dusk.

At night we had barbeque party. Big fishes, which I didn’t know the name, and calamari were the main menu for dinner. Cause it was a bit too late to have dinner, most of us can’t take a lot too eat, beside we all felt sleepy and just wanna go sleep.

Wake up at 5 early morning I had pray and then tried to catch up the sunrise by bike. But we just remembered at 6 we should be ready to go snorkeling. I’m afraid the time is not enough for it so I just getting back to the room and prepare for snorkeling. This is actually the agenda I like the most. It’s been long time I haven’t do snorkeling after last time I had in Belitung island. This time we both and other 7 people were taken by a small boat to Payung island (Umbrella island Eng.). It took about 40 minutes to here. The trip to this place worth the underwater scene that we enjoyed through our goggles. I was a bit upset to see some reefs got damages. It looked like caused by boat anchor or some foot steps on it.  Nevertheless, we can still found colorful reefs, vegetations and fishes that looks amazing and refreshing our mind.

Satisfied with snorkeling, we go back and took shower in the homestay and prepared to get back to Jakarta. I actually wanted to take more pictures but time was not compromising. We return by ship to Jakarta at 12am.
This is a journey that I wanna redo again someday.

Selasa, 08 Februari 2011

Kalijati - Subang

Mungkin sebagian kita pernah mendengar nama kecamatan kecil yang terletak di kota Subang ini dari buku sejarah. Kalijati menjadi tempat dilakukannya penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang pada tahun 1942 yang kemudian dikenal dengan perjanjian Kalijati.



Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi daerah ini dalam program LDK bagi para pegawai baru di kantor. Kegiatannya mulai dari outbound, pelatihan sampai pengajian. Terpilihnya lokasi ini padahal tidak ada dari kami yang mengenal sebelumnya adalah karena ada salah satu mitra rohis kantor yang termasuk pengelola dana ZIS dari perusahaan. Beliau mengelola pesantren alam "Ma'rifatussalam" yang memberikan pendidikan bagi kalangan dhuafa sekaligus mengembangkan usaha perkebunan dan pengolahan hasil kebun terutama komoditi lidah buaya.



Menyenangkan sekali bisa mengunjungi daerah yang relatif dekat dengan Jakarta, dengan aksesibilitas yang cukup mudah ini. Bila tidak ada kendaraan pribadi, ada bus antar kota dari Jakarta (kalau gak salah ke Subang atau Bandung) yang melewati Kalijati. Persawahan membentang luas, sungai jernih mengalir di samping jalan raya, udara segara dan kontur tanah berbukit, menyuguhkan pemandangan alami pedesaan yang tentram. Para peserta pun menikmati outbound dengan permainan di kebun lidah buaya, trekking menyusuri pematang sawah, dan ditantang melewati jembatan yang hanya berupa sebatang pohon di atas sungai yang cukup deras. Tak hanya itu, kami juga berkesempatan menikmati minuman olahan lidah buaya yang segar dan fresh dari kebunnya.

Opening

Pembukaan...


Bismillahirrahmanirrahim

Happy to start blogging again. Blog kali ini saya khususkan untuk mereview perjalanan, terutama ke tempat-tempat wisata. Gak ada niatan lain selain untuk berbagi informasi dan mengembangkan potensi wisata, terutama di negeri sendiri termasuk di tempat-tempat yang mungkin jarang ditulis oleh para blogger.
Meskipun sudah lama gak jalan-jalan, tapi gak ada salahnya kalau sambil merefresh ingatan saya tuliskan juga pengalaman perjalanan di tempat-tempat lain yang pernah saya singgahi meskipun sudah bertahun-tahun lalu.

Semoga bermanfaat