Minggu, 23 Juni 2013

Pegunungan Ijen

Mendaki Ijen tak lengkap kalau tidak menikmati alam pedesaan dan perkebunan yang ada di lerengnya. Dengan udara yang dingin, beberapa komoditas perkebunan tumbuh subur di dalamnya. Kopi adalah komoditas unggulan yang dikuasai oleh PTPN XII. Kopi Luwak kualitas ekspor juga ada yang dihasilkan dari sini.

Tapi bukan hanya itu, kawasan lereng ini juga menghasilkan komoditas tanaman yang lain. Sebut saja makadamia yang menjadi favorite orang Australia dan Eropa, mungkin jarang kita jumpai di toko-toko di Indonesia, ternyata dihasilkan di desa Watu Capil. Sayuran khas hawa dingin seperti brokoli, paprika, asparagus, wortel dan sejenisnya tumbuh subur di desa Jampit dan Sempol, bahkan banyak menjadi pengisi pekarangan rumah penduduk. Turis luar yang kebanyakan dari Prancis dan Belanda hampir selalu mengikuti agrowisata di perkebunan kopi  sebagai bagian dari paket pendakian ke gunung Ijen.

Turun dari kawah Ijen, kami mampir ke air terjun yang tak jauh dari Paltuding. Air di sini bukan air biasa. Bila dilihat warnanya hijau kristal, bila kita celupkan akan terasa agak perih di kulit. Ya, ini karena kandungan belerang yang sangat tinggi dalam air itu. Beberapa orang terlihat mengambil air sungai itu dan menempatkannya dalam botol bekas air mineral. Katanya air ini bisa menghilangkan ketombe dan mengobati jerawat.

sungai air belerang
Lalu kami lanjutkan ke desa sempol menuju pemandian air panas. Air panas alami ini juga konon memiliki kandungan belerang dan berkhasiat menyembuhkan rematik. Bisa jadi ini merupakan mitos atau sugesti, tapi juga bisa jadi sangat benar karena bisa dijelaskan secara ilmiah, hanya saja kurang riset.

Perjalanan ke air panas ini harus melewati jalan pedesaan yang cukup menantang. Jalan berbatu dan cukup curam, perlu keahlian sendiri dalam mengemudikan mobil. Tapi dalam perjalanan ini kami juga disuguhi pemandangan yang sangat indah. Rumah penduduk dengan halaman asri, sungai dengan taman di tepinnya, dan pabrik pengolahan kopi arabika.

Pabrik Kopi PTPN XII


The Village
Setelah puas berendam air panas, kami lanjutkan kembali perjalanan. Sebetulnya di rute yang sama, bila kami lanjutkan akan ada air terjun dan gua kapur yang konon sangat indah. Tapi karena takut kemalaman pulang ke rumah, akhirnya kami sepakat tidak ke sana.

Dalam perjalanan pulang kami melewati desa Jampit. Saya terpesona melihat rumah-rumah penduduk yang terlihat tenang, asri, dan begitu hijau dengan tanaman yang jarang kita lihat. Tanaman sayuran seperti wortel, kubis, buncis dan bunga seperti hebras, lily, gladiol yang tertata rapi membuatnya sangat menawan. Jadi membayangkan punya halaman seperti ini di rumahku d Jakarta. Tapi rasanya gak mungkin, selain luas tanah yang sangat terbatas, suhu udara d Jakarta juga tidak memungkinkan menanam tanaman jenis ini.

pretty lawn
Jadi kalau berkesempatan mendaki Ijen, jangan lupa untuk mengunjungi atau sekedar melihat-lihat desa-desa di lerengnya. Oh iya, kalau nonton film "King" yang diproduksi Alenia, itu lokasi shootingnya di kawasan ini. Luar biasa kaan.