Dalam perjalanan pulang dari Sangeh, taman wisata yang berisi monyet liar tapi jinak di daerah Sangeh, antara Denpasar dan Bedugul, kebetulan kami menjumpai salah satu momen yang sebelumnya belum pernah kami lihat. Sebetulnya acara ini cukup populer dan hanya ada di Bali, yaitu prosesi kremasi mayat atau ngaben.
Awalnya kami melihat sekumpulan orang di sebuah tanah lapang desa, dan sebuah kereta hias di dekatnya. Semula kami mengira itu hanya acara adat semacam ibadah. Tetapi tak jauh dari kumpulan itu kami melihat ada api unggun yang menyala cukup besar. Kami langsung mengira itu prosesi ngaben. Penasaran, kakak iparku yang saat itu menyetir langsung meminggirkan mobil. Hanya kakak ipar, suamiku, dan keponakanku alias para laki-laki yang berani turun. Sementara kami cewek2 hanya melihat dari dalam mobil. Bahkan keponakanku berani melihat dari dekat sambil memegang kamera.
keluarga/orang dekat berkumpul di depan pembakaran
Kalau dulu mungkin kita sering lihat dari TV, proses ngaben itu menggunakan banyak kayu bakar dan membutuhkan waktu yang sangat lama, tetapi yang aku lihat di sini sudah berbeda. Tidak nampak tumpukan kayu bakar menggunung, karena sudah diganti bahan bakar gas, kami melihat ada tabung gas besar seperti pompa di tempat pengisian angin atau tambal ban. Dengan cara ini mestinya proses pembakaran bisa dilakukan lebih cepat. Menurut suamiku yang turun ke situ, dari kejauhanpun dia sudah merasakan hawa panas dari apinya. Wah, gak kebayang kalo di dekatnya. Tapi sang juru bakar terlihat baik-baik saja ada dekat sekali dengan pembakaran.
bade atau kereta untuk mengangkat jenazah
Kalau lihat dari dekat, bisa melihat tubuh jenazah yang sudah ada di dalam api. Ngeri memang, makanya aku gak berani lihat. Ini foto api dari jarak cukup dekat, ada yang lebih dekat dan lebih jelas, tapi gak berani posting di sini :)
pembakaran
Untuk lebih tahu mengenai proses ngaben itu sendiri, ini saya ambil dari wikipedia.
Ngaben atau upacara kremasi, adalah acara di Bali untuk
mengirimkan jenazah pada kehidupan selanjutnya. Jasad orang meninggal akan
ditempatkan seolah mereka sedang tidur, dan keluarga akan memperlakukan seolah
mereka memang sedang tidur. Tidak ada tangisan, karena jenazah hanya dianggap
tidak ada untuk sementara dan akan bereinkarnasi pada kehidupan beirkutnya atau
menemukan tempat peristirahatan terakhirnya (bebas dari reinkarnasi dan siklus
hidup).
Pada hari upacara, jasad ditempatkan dalam peti, lalu peti
dimasukkan ke dalam keranda atau yang disebut sorkofagus dengan struktur
candi/temple yang terbuat dari kertas dan kayu, kemudian keranda akan dibawa ke
tempat pembakaran. Prosesi membawa keranda ini harus berjalan tidak melalui
jalur lurus, untuk membuat bingung roh jahat dan menjauhkannya dari jenazah.
Puncak prosesi ngaben adalah saat pembakaran seluruh
struktur termasuk jasad. Api yang membakar itu untuk membebaskan jiwa dari
tubuh dan bereinkarnasi.
Prosesi ngaben dapat dilakukan segera atau dalam waktu lama.
Pada kasta yang lebih tinggi, upacara ngaben dapat berlangsung selama 3 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar